You are currently viewing Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 yang digelar di Jakarta dan sekitarnya pada 20-29 Oktober 2023, menjadi momentum penting untuk mendorong generasi muda peduli lingkungan. Salah satu kegiatan yang digelar adalah diskusi interaktif bertema “Air, Udara, dan Kota Kita” yang diselenggarakan di MBloc Space, Jakarta Selatan, pada Sabtu (21/10). Diskusi yang melibatkan berbagai pihak seperti Perum Tirta II, Koalisi Kawali Indonesia Lestari, dan Komunitas Kata Kota Kita ini membahas pentingnya menjaga keberlangsungan lingkungan, khususnya kualitas air dan udara.

Sekretaris Perusahaan Jasa Tirta II, Udien Yulianto, mengungkapkan bahwa tiap tahunnya, DKI Jakarta membutuhkan 530 juta meter kubik air baku dengan rata-rata 16.400 liter air per detik setiap harinya. “Kebutuhan kota itu hampir 16.400 liter per detik, namun tidak cukup dikirim hanya segitu jadi kami kirim 21.000 meter kubik,” paparnya. Namun, kebutuhan tersebut dihadapkan pada permasalahan banyaknya sampah dari luar yang masuk ke sungai.

Udien, sebagai pengelola, mengaku tidak bisa berdiri sendiri mengatasi permasalahan ini dan mengajak masyarakat terutama anak-anak muda untuk membiasakan diri tidak hanya membuang sampah dengan tepat tapi juga mengelola sampah dengan tepat. “Kepedulian kita semua diperlukan dalam menjaga kualitas air, sementara kuantitas air itu tugas dari kami dalam mengirimkan besaran air yang dibutuhkan oleh para pelanggan,” ujar Udien.

Anggota Koalisi Kawali Indonesia Lestari, Farid Ramadhony, mengajak pengunjung untuk menjadi agen perubahan di tengah lingkungan masing-masing. “Kami ingatkan kepada teman-teman untuk menjadi agent of change. Edukasi keluarga dan teman-teman kalian untuk tidak mencemari lingkungan khususnya air, karena air itu akan berpengaruh ke pertanian yang nantinya akan berpengaruh pada ketahanan pangan,” ajak Farid. Berangkat dari isu air, Fatmata Juliansyah dari Koalisi Kawali Indonesia Lestari, menekankan pentingnya anak muda sebagai salah satu aktor yang terlibat untuk menjaga kesehatan udara juga. “Kita harus lebih peduli terhadap lingkungan kita mulai dari hal-hal yang kecil, jika kita sadar masih membutuhkan transportasi, mari secara sadar bersama-sama melakukan uji emisi karena itu hak lingkungan,” pinta Fatmata.

Fatmata juga menyayangkan proporsi ruang terbuka hijau di Jakarta yang masih tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. “Ruang terbuka hijau di Jakarta masih minim, berdasarkan data yang saya dapat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ruang terbuka hijau kita masih kurang dari sembilan persen per tahun 2022, padahal ruang terbuka hijau membantu menyerap cadangan karbon” ungkapnya. Apabila merujuk kepada Undang-undang (UU) Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang maka proporsi uang terbuka hijau kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota.

“Proporsi 9 persen ke 30 persen itu sangat jauh dan masih harus banyak yang dibenahi, dan itu tidak mudah apalagi seiring dengan berkembangnya ekonomi, tapi sedikit demi sedikit dengan melakukan hal yang kecil, kita dapat mencapai itu semua asal kita konsisten dan berkomitmen bersama-sama,” ajak Fatmata. Salah satu pengunjung, Anzar Wulan, menyambut baik diskusi interaktif ini dan mengaku mendapatkan inspirasi tentang beberapa hal yang bisa dilakukan demi menjaga keberlangsungan lingkungan.

“Saya mendapatkan insight banyak sekali soal permasalahan lingkungan dan mungkin kita bisa pelan-pelan mengubah pola hidup yang kurang baik demi lingkungan kita, dimulai dari hal-hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan maupun menggunakan transportasi umum,” tuturnya. Hal yang sama diungkapkan oleh lima orang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang yang turut menjadi bagian dari diskusi tersebut. “Kita jadi banyak belajar bagaimana menanggulangi sampah dan penyebab polusi udara serta kita diajak untuk lebih perhatian terhadap lingkungan demi Indonesia yang lebih baik,” ujar salah satu mahasiswa, Ferdi. Udien juga menyambut baik pagelaran PKN 2023 sebagai jembatan bertukar pikir dalam menyelesaikan masalah lingkungan yang ada. “Saya sangat berterima kasih atas adanya diskusi ini karena sangat membantu kita untuk mengedukasi teman-teman, sehingga kami harap teman-teman bisa saling mengawasi lingkungan kita,” tutup Udien.

Editor : Terry Handrix Kavabi

Leave a Reply